Monday, October 24, 2011

Manusia dan Potensinya



BAB I
PENDAHULUAN

I.1.     Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia dan terbaik di antara makhluk ciptaan Tuhan lainnya karena dibekali berbagai macam potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Namun terkadang, kita tidak sadar bahkan tidak tahu sama sekali apa potensi yang ada pada diri kita sehingga terkadang kita hidup dengan kondisi seadanya, mudah menyerah dan tidak mempunyai impian besar. Kita menjalani rutinitas hidup apa adanya tanpa ada kekuatan untuk menjadikan hidup kita lebih baik.
Jika kita mau merenung, sebenarnya ketika kita diciptakan, Tuhan pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Maka dari itulah Tuhan membekali manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), rohani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya.
Ketiga potensi tersebut saling menunjang dan melengkapi, tetapi dari ketiga komponen itu, potensi spiritual dan akal memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan, sebab dari kedua potensi itulah manusia akan tahu kemana akan melangkah, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan. Potensi fisik hanya menunjang kedua potensi tersebut agar lebih sempurna, walau peranannya juga tidak bisa disepelekan.
Apapun adanya diri kita sekarang, selama kita masih mempunyai impian yang kuat, semangat membara, dan kebiasaan bertindak, dan ketekunan, kita pasti akan memperoleh apa yang kita inginkan.

I.2.     Tujuan

1.  Mengetahui apa pengertian dari manusia.
2.  Memahami hakekat manusia.
3.  Mempelajari Potensi Diri, baik potensi fisik maupun potensi mental atau psikis.
4.  Mempelajari tentang apa saja yang ada di potensi psikis, seperti IQ, EQ, AQ, dan SQ.
5.  Mengenal contoh tokoh-tokoh yang mempunyai potensi luar biasa.



BAB II
PEMBAHASAN


Manusia
   Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dimana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
   Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
   Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
   Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/ kepercayaan, warga negara, anggota partai), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Hakekat Manusia
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
  1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
  2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
  3. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
  4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
  5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
  6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
  7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
  8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Potensi Diri
   Setiap individu memiliki potensi diri dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu orang dengan orang lain. Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau psikis.
   Potensi fisik yang dimaksud disini adalah menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh, wajah, dan ketahanan tubuh, sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ (Intelegensi Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Addversity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient).
   Potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik, sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki.
    Kekhasan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Ini juga terkait erat dengan prestasi yang hendak diraih didalam hidupnya kelak. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam konteks potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan memperkembangkan baik secara fisik maupun mental. Aspek diri yang dimiliki seseorang yang patut untuk diperkembangkan antara lain:
  1. Diri fisik      : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya.
  2. Proses diri  : merupakan alur atau arus pikiran, emosi, dan tingkah laku yang konstan.
  3. Diri sosial  : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.
  4. Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya
Potensi diri fisik
   Potensi diri fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi diri fisik akan semakin berkembang bila secata intens dilatih dan dipelihara.

Potensi diri psikis
   Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari daan dilatih dengan baik. Bentuk potensi diri psikis yang dimiliki setiap orang adalah:

            Intelegent Quotient ( IQ )
   Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berpikir,mengolah dan berusaha untuk menguasai lingkungannya secara maksimal dan terarah. Menurut Laurel Schmidt dalam bukunya Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas (Dalam Habsari 2004 : 3) membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Kecerdasan fisual / spesial (kecerdasan gambar) : Profesi yang cocok untuk tipe kecerdasan ini antara lain arsitek, seniman, designer mobil, insinyur,designer graffis, komputer, kartunis, perancang interior dan ahli fotografi.
  2. Kecerdasan verbal / linguistik (kecerdasan Berbicara): Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain: pengarang atu menulis, guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara, penerjemah, pelawak.
  3. Kecerdasan musik: Profesi yang cocok bagi yang memiliki ini adalah pengubah lagu, pemusik, penyanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, ahli terapi musik, audio mixer (pemandu suara dan bunyi).
  4. Kecerdasan logis / matematis (Kecerdasan angka): Profesi yang cocol bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ahli metematika ,ahli astronomi, ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota , penaksir kerugian asuransi, pialang saham, analis sistem komputer, ahli gempa.
  5. Kecerdasan interpersonal (cerdas diri): Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang , resepsionis, pekerja sosial, pekerja panti asuhan, perantara dagang, pengacara, manajer konvensi, ahli melobi, manajer sumber daya manusia.
  6. Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul): Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.

Emotional Quotient ( EQ )
   Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan oleh orang lain. Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka kerja kecakapan ini, yaitu:

  1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
  2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri yang tinggi.
  3. Pengaturan diri: yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan mengembangkan sifat dapat dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi.
  4. Motivasi: yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi , berkomitmen, berinisiatif, dan optimis.
  5. Kecakapan sosial: yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan seseorang harus menangani suatu 
  6. Empati : yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi pelayanan dengan mengambangakan orang lain. Mengatasi keragaman orang lain dan kesadaran politis.
  7. Ketrampilan sosial: yaitu betuk kecakapan dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Kecakapan ini meliputi pengaruh , komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kemampuan tim.
Adversity Quotient ( AQ )
   Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakan tiga tingkatan AQ dalam masyarakat :

  1. Tingkat quitrers (orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup, ia berhenti dan langsung menyerah.
  2. Tingkat Campers (orang yang berkemah ). Campers adalah orang yang memiliki AQ sedang. Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan untuk maju lagi.
  3. Tingkat Climbers (orang yang mendaki ). Climbers adalah orang yang memiliki AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadpi kesulitan-kesulitan dan mapu mengatasi tantangan hidup.
Spiritual Quotient ( SQ )
   Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus Nggermanto, Quantum Quotient, 2001). Menurut Damitri Mhayana dalam Habsari, 2004, ciri-ciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut:
1.              Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
2.              Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
3.              Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
4.              Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
Tokoh yang mempunyai Potensi Luar Biasa
   Banyak orang yang mengeluh ketika dikaruniai fisik yang kurang sempurna. Mereka merasa seakan-akan hidupnya tidak berguna. Akhirnya mereka menjadi orang-orang yang berputus asa dan menjadi beban bagi orang lain. Mereka melupakan potensi akal dan spiritual yang dikaruniakan Tuhan. Dalam sejarah kehidupan manusia, ada banyak orang-orang yang luar biasa, mereka dikaruniai keterbatasan fisik, tetapi justru dengan itulah mereka dapat menghasilkan prestasi yang mengagumkan. Mereka menjadikan keterbatasan mereka sebagai motivasi untuk meraih prestasi tinggi.

David Pelzer
   David James (Dave) Pelzer (lahir 29 Desember 1960 di Daly City, California) adalah seorang penulis Amerika, paling dikenal untuk tahun 1995 memoarnya kekerasan kanak-kanak, A Child Called “It”. Pelzer adalah anak seorang pemadam kebakaran San Fransisco, Stephen Joseph Pelzer (1923-1990), yang keturunan Austria, dan Catherine Roerva Christen Pelzer (1929-1992). Pelzer lahir di San Fransisco, California, dan ketiga dari lima anak laki-laki. Sekarang tinggal di negara yang berbeda dengan istri kedua dan anak-anaknya. Pelzer menulis dalam bukunya sebagai seorang anak, ia terus disiksa, dianiaya, dan dipukuli oleh ibunya, yang menganggap itu sebagai permainan. Dokumen buku bagaimana ibunya kelaparan akan dirinya, memaksanya untuk minum amonia, menusuknya di perut, membakar lengannya di atas kompor gas, dan memaksa dia untuk memakan muntahannya sendiri. Gurunya mulai bertindak pada tanggal 5 Maret 1973 dan 12 tahun Pelzer ditempatkan di penempatan anak asuh. Pada tahun 1979, ia bergabung dengan Sngkatan Udara dan kemudian menjadi seorang penulis. Anak keempat Catherine Pelzer, Richard B. Pelzer juga menulis tentang dirinya yang telah disalahgunakan.
   Dave adalah pensiunan Angkatan Udara Amerika Serikat, yang pernah ambil bagian dalam operasi Just Cause, Desert Shield, dan Desert Storm. Saat masih aktif di Angkatan Udara itu ia terlibat dalam aktivitas di Juvenile Hall dan dalam berbagai program lain seputar "Remaja yang Terancam" di seluruh pelosok negara bagian California.
   Sebagai pengakuan atas prestasi-prestasi istimewanya, Dave dianugerahi berbagai bentuk penghargaan, termasuk pujian secara pribadi dari dua mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan dan George Bush. Tahun 1990 ia menerima J.C. Penney Golden Rule Award. Pada Januari 1993 ia mendapat penghargaan sebagai salah satu dari Ten Outstanding Young Americans. Ia bergabung dalam sebuah kelompok alumni terkemuka yang antara lain beranggotakan John F. Kennedy, Richard Nixon, Anne Bancroft, Orson Welles, Elvis Presley, Walt Disney, dan Nelson Rockefeller.
   Pada November 1994 ia menjadi satu-satunya warga Amerika yang dianugerahi penghargaan sebagai salah satu dari Outstanding Young Persons of the World, di Kobe, Jepang, atas upayanya meningkatkan kewaspadaan akan perlakuan kasar terhadap anak-anak dan pencegahannya, juga atas kegigihannya yang tanpa kenal henti dalam menanamkan pentingnya bersikap tabah. Dave memperoleh penghargaan membawa api Olimpiade, yang mencerminkan kegigihan semangat dalam pawai arakarakan membawa api Olimpiade 1996.
   Dave adalah penulis buku The Lost Boy, buku kedua dari rangkaian tiga-buku atau trilogi, dan buku penutupnya yang berjudul A Man Named Dave. Di waktu luang, Dave sering melakukan perjalanan bersama anaknya, Stephen, atau tinggal di rumahnya yang bersuasana tentang bersama istri dan seekor kura-kura bernama Chuck, di Rancho Mirage, California.

Hirotada Ototake
   Hirotoda dilahirkan tidak mempunyai tangan dan kaki tetapi ia tidak pernah menyerah, ia berusaha untuk hidup normal dan berprestasi. Ia pernah menjadi ketua OSIS di SMAnya, menjuarai kontes bahasa Inggris, dan berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di Jepang. Saat ini ia merupakan seorang motivator laris dan menulis buku berjudul “No One’s Perfect”
   Hirotoda Ototake (lahir 6 April 1976) adalah seorang penulis olahraga Jepang dari Tokyo. Lahir tanpa lengan dan kaki karena gangguan genetik yang disebut tetra-ameliasindrom, Ototake yang paling terkenal untuk tahun 1998 memoarnya No One’s Perfect. Dalam tahun publiksai, buku ini menjadi buku ketiga terlaris di Jepang sejak Perang Dunia II. Sejak itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris. Setelah menerbitkan otobiografinya, Ototake menjadi seorang  jurnalis olahraga yang sukses. Pada tahun 2007, ia mengambil pekerjaan sebagai guru sekolah dasar (pertama melalu kelas enam) di Suginami Dai-Yon Sekolah Dasar di Tokyo.


BAB III
PENUTUP

III.1.   Kesimpulan

   Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens. Dalam hal kerohanian, manusia dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi. Dalam kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi, perkembangan teknologi, dan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga. Pada dasarnya manusia mempunyai kesamaan pada hakekatnya masing-masing. Bedanya hanyalah bagaimana mereka menanggapi hakekat yang dimilikinya tersebut. Setiap individu memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau psikis. Potensi fisik adalah menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh, wajah, dan ketahanan tubuh, sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ (Intelegensi Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Addversity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berpikir,mengolah dan berusaha untuk menguasai lingkungannya secara maksimal dan terarah. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan oleh orang lain. Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Contoh orang-orang yang mempunyai potensi luar biasa adalah Dave Pelzer (memoarnya adalah "childhood abuse" dan kegigihannya dalam bertahan hidup) dan Hirotada Ototake (menjadi orang yang sukses meskipun tanpa lengan dan kaki).

III.2.   Saran

   Kita sebagai manusia seharusnya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan apa yang telah Ia berikan kepada kita semua. Jangan pernah menyia-nyiakan apa yang kita punya, pergunakanlah anggota tubuh kita sebaik-baiknya. Di sisi lain, orang-orang yang mempunyai kekurang fisik sangat ingin sekali mempunyai kelengkapan seperti yang kita miliki. Namun, mereka tetap berusaha menulusuri hidupnya dengan segala yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Mereka saja yang seperti itu bisa sukses dengan apa adanya dirinya, tapi mengapa kita yang seperti ini tidak bisa lebih dari itu? Jika kita mempergunakan akal sehat kita, mungkin kita akan menemukan potensi yang ada pada diri kita, baik itu potensi fisik maupun potensi psikis.


DAFTAR PUSTAKA

Pelzer, Dave. 2008. A Child Called ‘It’. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

No comments:

Post a Comment